Janganlah menjadi hamba yg Romadloniyah, namun jadilah hamba yg Rabbaniyyah ...
Dimana selesai romadlon, semua kejujuran dan kebaikan tetap melekat hingga Romadlon tahun depan ...
Jika sewaktu puasa kita sangat jujur, sampai2 kita tidak mau menelan air kumur sewaktu berwudlu, padahal tidak ada yg menyaksikan kita, kecuali Allah ...
Maka lepas Romadlon kita hendaknya tetap menjaga segala kejujuran dan kebaikan bulan Romadlon kemaren ..
Beberapa mukmin berpendapat, kalau bulan puasa bukanlah bulan yg digunakan untuk bermalas-malasan. Sehingga pada bulan puasa hendaknya lebih rajin dalam bekerja, kalau perlu harus lebih rajin dari bulan diluar romadlon. Menurut mereka, Rasulullah pada bulan puasa tidak bermalas-malasan, bahkan sangat rajin.
Saya pribadi tidak setuju dengan pendapat tersebut. Karena Rasulullah pada bulan romadlon memang sangat rajin, namun rajinnya itu adalah dalam ibadah kepada Allah. Mungkin ada yg berpendapat, bekerja juga ibadah, namun kita kembalikan kepada diri Rasulullah, apakah Beliau bekerja dng berdagang pada bulan Ramadlon, atau malah rajin dalam berdagang dibulan romadlon ??? Tentu TIDAK. Beliau pada bulan Romadlon sangatlah rajin, yakni rajin untuk iktikaf, tadarus dng Malaikat Jibril, Sholat malam, dan tidak pernah tertinggal untuk menegakkan Sholat Fardlu di Masjid secara berjamaah. Inilah perilaku Rasulullah dibulan Romadlon, yakni hampir seluruh waktu digunakan untuk beribadah mencari keridloan Allah (dan bukan bekerja mencari rejeki) ...
Jadi biarkanlah kalau ada orang yg hari2nya digunakan untuk iktikaf diMasjid (walau kelihatannya tidur pada paginya), namun malamnya mereka terjaga untuk menegakkan ibadah mencari keridloan Allah ...
Pergunakanlah 11 bulan untuk bekerja mencari rejeki / karunia Allah, dan pergunakan 1 bulan untuk mencari keridloan Allah dng "meninggalkan dunia" ...
Janganlah menjadi "hamba dunia" dng selalu bekerja mengejar harta, namun jadilah hamba Allah dng selalu mendekat kepadaNya dan tidak melupakan dunia ...