Jumat, 25 September 2015

Ilmu syariat dan tasawuf tidak bisa dipisahkan ...
Ada ibadah yang harus ditampakkan dan ada yang sebaiknya disembunyikan dari orang lain ...
Sholat fardlu dan Haji harus ditampakkan kepada orang lain, karena dilakukan berjamaah ...
Namun sholat sunnah dan puasa tidak perlu ditampakkan, karena itu lebih baik ...
Zakat fitrah dan maal harus ditampakkan kepada orang lain, karena harus ada akad serah-terimanya ...
Namun sodaqoh tidak perlu ditampakkan, karena itu jauh lebih baik ...

Andaikan ada yang mengatakan seseorang itu wali Allah, namun ternyata ia tidak pernah terlihat sholat berjamaah, maka ketahuilah, Nabi SAW selalu sholat berjamaah bersama sahabat2nya, apakah wali Allah itu lebih utama daripada Rasulullah SAW ???
Siapakah yang mengangkat ia menjadi wali Allah? manusia juga kan?
Siapakah yang mengangkat Nabi SAW menjadi utusanNya? ketahuilah, Allah -lah yang mengangkat dan menetapkan beliau sebagai Rasulullah ...

Ingatlah, Nabi SAW juga menjalankan syariat2, dan tidak pernah sekalipun beliau meninggalkan syariat, sampai beliau wafat, padahal beliau adalah hambaNya yang terdekat denganNya lagi paling bertaqwa ...

Menampakkan ibadah itu bukan untuk pamer, namun itu perintah Allah melalui Nabi SAW ...
Meminta Surga dan meminta perlindungan dari adzab Neraka itu juga perintah Allah melalui Nabi SAW ...
Apakah manusia yang merasa menjadi wali Allah, akan mengejek orang yang meminta Surga dan meminta perlindungan dari adzab Neraka, padahal itu perintahNya?
Bukankah itu berarti manusia yang merasa menjadi wali Allah itu justru menghina dan mengejek Allah???

Ilmu tasawuf itu penting, supaya seseorang itu dapat beribadah seolah2 melihat Allah, padahal ia belum pernah melihat dzat-Nya ...
Juga dapat mensucikan jiwa yg telah banyak ternodai oleh dosa2 yg menumpuk ...
Namun ilmu syariat jauh lebih penting, karena merupakan kunci menuju Allah, menuju pertemuan dengan DzatNya kelak, seperti yang tertulis dalam Mushaf Al Quran dan dalam Sunnah Nabi SAW (hadits), dan bukannya malah meninggalkan syariat2-Nya ...
Ingatlah, Nabi SAW sendiri tidak pernah sedikitpun meninggalkan syariat Allah, padahal beliau adalah hambaNya yg paling bertaqwa dan paling dekat dengan-Nya ...

Jumat, 18 September 2015

Tiada amalan yg lebih baik daripada berkurban ...
Yakni berkurban dibulan haji ...
Berkurban dengan binatang sembelihan, dan bukannya kurban perasaan ...
Tidak akan sampai daging kurban itu kepada Allah ...
Yang sampai adalah ketakwaan manusia ...
Ketakwaan yang muncul dari dalam dada ...
Dengan diliputi perasaan yg rindu akan ridlo-Nya ...

Jumat, 11 September 2015

Sungguh rugi bagi yang berhaji, namun hanya meminta kekayaan dunia ...
Mintalah kebaikan di dunia dan juga kebaikan di akhirat saat berhaji ...
Karena belum tentu kekayaan dunia itu baik bagi kita ...

Ada seorang sahabat, setelah berhaji ia malah dilanda musibah berkali-kali ...
Ditipu beberapa rekanan hingga hampir bangkrut ...
Namun, ternyata ia malah bersyukur dengan musibah itu ...
Karena, ia menjadi kembali kepada Allah, dan meninggalkan dunia "proyek" yang ditekuninya dahulu ...
Keridloan dan ampunan Allah harapannya dengan meninggalkan "dunianya" dahulu ...

Jumat, 04 September 2015

Kita semua pasti akan ditanya apa2 yang telah kita perbuat ...
Sekecil apapun perbuatan buruk yang telah kita lakukan, pasti akan ditanyai ...
Dan ingatlah, tidak ada yang mempertanyakan apa yang diperbuat oleh Allah ...
Walaupun Dia memusnahkan semua manusia dibumi, atau akan mengampuni mereka ...
Tetap tidak akan ada yang menanyai Dia ...

Allah Swt. berfirman memuji diriNya sendiri Yang Mahamulia ...
Namun, hamba2Nya diharamkan memuji dirinya sendiri sebagai yang mulia ...
Mengapa ...?
Karena Dia telah menciptakan langit dan bumi sendirian ...
Dan karena Dia telah menjadikan gelap dan terang untuk kemanfaatan hamba-hambaNya, yaitu di waktu malam dan di siang hari ...

Adakah dari hamba2Nya yang telah membantuNya dalam penciptaan langit dan bumi ...?
Juga membantuNya dalam menjadikan malam dan siang hari ...?
Tentu tidak ada, karena itu apa yang dibanggakan pada diri seorang hamba-Nya ini ...?